• Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
No Result
View All Result
  • Login
Indoheadline.id
  • Home
  • Politik
  • Perkara
  • Daerah
  • Buah Pikir
  • Rupa-Rupa
  • Home
  • Politik
  • Perkara
  • Daerah
  • Buah Pikir
  • Rupa-Rupa
No Result
View All Result
Indoheadline.id
No Result
View All Result
Home Buah Pikir

Pendidikan Harus Membebaskan Menurut Paulo Freire

Pendidikan Harus Membebaskan Menurut Paulo Freire

Oleh: M. Jain Amrin

________

PENDIDIKAN sering kali dianggap sebagai proses yang monoton, hanya mengandalkan hafalan dan pengulangan. Di sebagian besar ruang kelas, guru menjadi satu-satunya sumber informasi, sementara siswa hanya sebagai pendengar pasif. Pandangan ini menuai kritik keras dari berbagai kalangan, termasuk Paulo Freire, yang dikenal dengan pemikirannya yang transformasional. Ia mengusulkan agar pendidikan dijadikan alat untuk pembebasan, bukan untuk penjinakan individu.

Dalam konteks Amerika Latin yang penuh ketidakadilan, Freire menulis karya monumental berjudul “Pedagogy of the Oppressed” pada tahun 1970. Buku ini bukan sekadar manual pendidikan, tetapi juga menjadi acuan dalam diskusi sosial, filsafat, serta gerakan sipil. Freire menentang ide pendidikan yang menjadikan siswa sebagai objek pasif, mengistilahkan sistem semacam itu sebagai “pendidikan gaya bank.”

“Pendidikan yang tidak membebaskan, hanya akan membentuk manusia yang patuh, bukan manusia yang berpikir,” ungkap Freire.

Pendidikan Gaya Bank: Memadamkan Kemanusiaan

Dalam model pendidikan gaya bank, guru berposisi sebagai pemegang penuh pengetahuan, sedangkan siswa dipandang sebagai “wadah kosong” yang harus diisi. Dinamika ini menciptakan relasi kekuasaan yang vertikal dan mendominasi. Freire mengkritik pendekatan ini sebagai bentuk kekerasan simbolik yang menurunkan kemampuan kritis individu.

Freire menyatakan bahwa pendidikan semacam ini tidak bertujuan untuk menciptakan individu yang merdeka, melainkan justru terus menerus memperkuat struktur sosial yang menindas. Oleh sebab itu, ia mendorong pendekatan dialogis di mana guru dan murid memiliki posisi setara sebagai dua entitas yang saling belajar, berbagi pengetahuan, dan tumbuh bersama.

Kesadaran Kritis: Fondasi Pendidikan

Salah satu konsep esensial yang diperkenalkan Freire adalah conscientizacao atau kesadaran kritis. Dalam pengertian ini, pendidikan tidak cukup hanya menjelaskan “apa” dan “bagaimana”, tetapi juga “mengapa” dan “untuk siapa”. Tujuan dari pendidikan yang sesungguhnya adalah membangkitkan keberanian siswa untuk membaca realitas, mengenali ketidakadilan, serta berupaya melakukan perubahan.

Proses ini menjadi inti dari pendidikan sebagai praktik kebebasan. Kesadaran kritis itu tidak hanya membentuk kecerdasan, tetapi juga melahirkan kepekaan sosial dan keberpihakan moral. Melalui pendidikan, Freire mengajak kita menanyakan: Mengapa kemiskinan terus ada? Siapa yang diuntungkan dari sistem pendidikan saat ini? Apa peran kita dalam merivolusi keadaan tersebut?

Praxis: Menggabungkan Refleksi dan Aksi

Freire tidak hanya berhenti pada kesadaran, tetapi ia mengembangkan konsep praxis, yaitu kombinasi antara refleksi dan aksi. Pendidikan yang hanya mengajak murid untuk berpikir tanpa tindakan sama saja dengan mengabaikan esensi pendidikan itu sendiri. Di sisi lain, tindakan yang tidak disertai refleksi berpotensi mengarah pada ketidakjelasan dan kebingungan. Sebab itu, pendidikan seharusnya menjadi arena untuk menganalisis kenyataan dan berkontribusi dalam perubahan.

Dalam pelaksanaannya, hal ini mencakup keterlibatan siswa dalam isu-isu nyata seperti ketimpangan sosial, kekerasan berstruktur, hingga masalah lingkungan hidup. Pendidikan seharusnya terhubung dengan konteks sosial, menyadari bahwa individu adalah makhluk yang berkembang dalam sejarah dan realitas tertentu.

Pendidikan Sebagai Tindakan Politik

Gagasan paling berani dari Freire adalah menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu tindakan politik. Tidak ada pendidikan yang bisa dikatakan netral. Setiap keputusan yang diambil dalam konteks pendidikan – mulai dari kurikulum hingga metode pengajaran – selalu membawa nilai, keberpihakan, serta dampak sosial.

Apabila pendidikan bersikap acuh terhadap ketidakadilan, maka pendidikan itu sendiri sedang memperkuat ketidakadilan tersebut. Oleh karenanya, dalam pandangan Freire, seorang pendidik seharusnya menjadi agen perubahan, bukan hanya sekadar pengajar. Seorang guru yang ideal adalah mentor yang mendampingi, bukan diktator kelas yang memegang kendali penuh atas proses pembelajaran.

Relevansi Pemikiran Freire di Era Kontemporer

Di zaman digital dan revolusi industri 4.0, di mana pendidikan sering kali berorientasi pada sertifikasi, nilai ujian, serta kompetisi pasar kerja, pemikiran Freire kembali relevan. Banyak yang mempertanyakan: Apakah pendidikan masih memiliki kemanusiaan? Ataukah kini beralih menjadi alat kapitalis?

Freire mengingatkan kita untuk tidak melupakan bahwa siswa adalah manusia, bukan mesin. Pendidikan harus kembali kepada tujuan dasarnya: menghasilkan individu yang merdeka, kritis, dan peduli terhadap masyarakat. Dalam situasi sosial di Indonesia, di mana ketimpangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan masih mencolok, serta kurikulum yang berubah sesuai kepentingan politik, pendekatan Freire menjadi penting untuk dipertimbangkan kembali.

Penutup: Pendidikan sebagai Cinta yang Berani

Bagi Freire, pendidikan yang sejati adalah bentuk cinta. Ini bukan cinta yang lemah dan manis, melainkan cinta yang radikal – cinta yang memperjuangkan keadilan, kebenaran, serta membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan.

“Jika kita terus mengajarkan dengan cara yang sama seperti kemarin, maka kita mencuri masa depan anak-anak kita,” kata Freire.

Dengan pemikiran-pemikirannya, Freire tidak hanya mengubah cara mengajar, tetapi juga cara kita melihat manusia dalam konteks pendidikan. Dia mewariskan visi bahwa pendidikan adalah hak, perjuangan, dan harapan bagi seluruh manusia yang berimpian untuk merdeka.

Previous Post

Malut United Perkenalkan 4 Rekrutan Terbaru, dari Abdu Lestaluhu hingga Angga Saputro

Next Post

KKN Kebangsaan Pangkep, Mahasiswa Edukasikan Bahaya Judi Online

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

  • Buah Pikir (51)
  • Daerah (68)
  • Perkara (64)
  • Politik (24)
  • Rupa-Rupa (28)

TrendingHot

Buron KDRT di Ternate Ditangkap di Pulau Gebe

Buron KDRT di Ternate Ditangkap di Pulau Gebe

Kepala BPBD Halmahera Selatan Diperiksa Kejati Terkait Kasus Masjid Raya

Kepala BPBD Halmahera Selatan Diperiksa Kejati Terkait Kasus Masjid Raya

Momen Temu Alumni yang Berkesan

Momen Temu Alumni yang Berkesan

Warga Torano Tagih Pemasangan Lampu Jalan dari Pemkot Ternate

Warga Torano Tagih Pemasangan Lampu Jalan dari Pemkot Ternate

Sidebar

Indoheadline.id

© 2025 www.indoheadline.id – Diterbitkan oleh Indoheadline Media.

Temukan Kami

  • Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer

Gabung Di Sosial Media

No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Perkara
  • Daerah
  • Buah Pikir
  • Rupa-Rupa

© 2025 www.indoheadline.id – Diterbitkan oleh Indoheadline Media.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In