Oleh: Arafik A. Rahman
________
“Cinta yang sejati tidak bebas dari pertengkaran, tapi ia selalu tahu caranya kembali pulih.”
SETELAH berbincang tentang permasalahan yang mengemuka di lingkungan kita, kali ini kita akhiri dengan merefleksikan dinamika hubungan antara dua elemen penting dalam negara: eksekutif dan legislatif. Sama seperti orkestra yang memerlukan keselarasan, kedua institusi ini juga butuh harmonisasi untuk menciptakan kebijakan yang berfungsi dengan baik. Mari kita gali lebih dalam hubungan mereka.
Faktanya, interaksi antara eksekutif dan legislatif ibarat dua alat musik yang berbeda, kadang menghasilkan nada yang harmonis, kadang juga tidak. Seringkali, mereka terjebak dalam perdebatan yang jauh dari substansi, malah lebih kepada ego dan kepentingan masing-masing. Pertanyaannya adalah, kenapa banyak hubungan ini berjalan tidak mulus? Apakah mereka hanya berfokus pada kekuasaan ataukah mereka memahami arti kolaborasi?
Fungsi dan Tanggung Jawab Eksekutif dan Legislatif
Eksekutif dan legislatif memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan arah kebijakan publik. Eksekutif yang dipimpin oleh kepala negara memiliki tanggung jawab untuk mengeksekusi dan melaksanakan undang-undang yang ditetapkan oleh legislatif. Sementara itu, legislatif bertugas untuk merumuskan, menetapkan, dan memantau undang-undang yang menjadi dasar pelaksanaan kebijakan.
Meskipun keduanya memiliki peran yang tegas, sering kali kita mendapati adanya gesekan. Misalnya, ketika anggaran harus disepakati, legislatif memegang kendali atas pengesahan, sedangkan eksekutif menginginkan agar program-program mereka dapat berjalan tanpa halangan. Data menunjukkan bahwa ketika ada ketidakpahaman antara dua lembaga ini, yang dirugikan adalah rakyat. Keterbatasan komunikasi dan ketidakcocokan prioritas menciptakan kondisi yang kurang ideal bagi pemerintahan yang baik.
Strategi Memperkuat Hubungan Antara Eksekutif dan Legislatif
Untuk mengatasi ketegangan ini, diperlukan strategi yang efektif agar kedua lembaga dapat bekerjasama. Salah satu cara adalah dengan meningkatkan frekuensi diskusi dan pertemuan antara eksekutif dan legislatif. Dengan dialog yang terbuka, keduanya dapat memahami sudut pandang masing-masing dan menciptakan solusi yang saling menguntungkan. Mengedepankan transparansi dalam setiap keputusan juga akan membantu membangun kepercayaan.
Selain itu, penting bagi kedua lembaga ini untuk menyadari bahwa tujuan utama mereka adalah kesejahteraan rakyat. Tindakan mereka harus dilandasi oleh prinsip keadilan dan kebersamaan. Dengan cara ini, tidak hanya hubungan antar lembaga yang bisa diperkuat, tetapi juga relevansi mereka di mata masyarakat. Di akhir hari, rakyat menginginkan tindakan nyata dan bukan sekadar janji manis tanpa bukti.