Oleh: Anwar Husen
Tinggal di Tidore
________
Pengalaman pribadi seringkali membawa kita pada refleksi mendalam tentang kehidupan dan nasib manusia. Begitu juga dengan peristiwa yang saya alami semalam. Dalam satu malam, saya menyaksikan kombinasi dari kebaikan dan kesedihan yang menunjukkan betapa beragamnya keadaan manusia. Hal ini membuat saya berpikir tentang peran kita dalam membantu sesama, sekaligus menyoroti fakta-fakta kehidupan yang mungkin sering kita abaikan.
Dalam perjalanan di pelabuhan penyeberangan Rum, Tidore, saya melihat betapa cuaca bisa berubah dengan cepat, dari tenang menjadi badai. Perairan yang awalnya damai tiba-tiba berubah menjadi mengkhawatirkan, membuat saya memikirkan keselamatan mereka yang berlayar. Di tengah pandangan saya terhadap langit gelap dan ombak yang bergejolak, saya teringat pada ide untuk meningkatkan keselamatan navigasi bagi para pelaut, seperti memasang lampu penerangan yang lebih baik di area tersebut.
Keselamatan Laut dan Cahaya Navigasi
Fungsi dari sistem navigasi laut sangatlah penting, terutama di perairan yang banyak dilalui oleh kapal kecil. Lampu penerangan yang memadai dapat membantu memberikan panduan bagi para pelaut. Saya merasa ide untuk memasang lampu proyektor di atas bukit bisa menjadi solusi untuk masalah keselamatan ini. Dengan satu titik cahaya yang kuat, navigasi di malam hari bisa lebih mudah, dan risiko kecelakaan bisa diminimalisir.
Pengamatan saya bisa jadi solusi konkret untuk meningkatkan keselamatan pelayaran. Rencana untuk menggunakan teknologi lampu sorot outdoor yang mampu menerangi area tersebut bisa direalisasikan bila ada dukungan dari pihak terkait. Merespons masalah ini dengan cepat sangatlah penting, karena keselamatan pelayaran berkaitan langsung dengan keselamatan nyawa. Masyarakat harus merasa aman dalam berlayar, terlebih saat kondisi cuaca tak menentu.
Empati dalam Keberagaman
Di tengah badai yang datang, saya juga menemukan sisi lain dari kemanusiaan. Saya berjumpa dengan sekelompok penumpang yang sangat membutuhkan bantuan. Di antara mereka terdapat seorang ibu dengan dua anak, satu berusia empat tahun dan satu lagi masih dalam gendongan. Mereka baru saja datang dari pulau Obi untuk menjenguk suami mereka yang ditahan. Cerita mereka menggambarkan keterbatasan yang dihadapi banyak orang, namun di balik semua itu, ada harapan dan kebaikan hati yang tak pernah pudar.
Ketika hujan turun dengan deras, kami mencoba membantu mereka mencarikan transportasi. Dalam proses tersebut, saya melihat betapa mereka masih memiliki rasa syukur meskipun dalam keadaan yang sulit. Salah seorang ibu bahkan menawarkan sedikit ikan sebagai tanda terima kasih jika mereka bisa kembali ke Tidore. Pemandangan itu membuat saya terharu; di tengah kekurangan, mereka tetap berusaha memberikan sesuatu.
Berita tentang pertemuan ini menunjukkan bahwa tidak peduli sejauh mana kita berasal, kemanusiaan dan empati tetap akan menyatukan kita. Kita bisa bertindak sebagai jembatan bagi kebutuhan orang lain, memberi mereka harapan yang mungkin hilang. Dalam situasi dunia yang dipenuhi oleh kesulitan, sangat penting untuk kita menjadi cahaya bagi satu sama lain.
Kesedihan yang saya rasakan saat bertemu dengan mereka ternyata menjadikan saya semakin sadar akan pentingnya menghadirkan perubahan. Dalam hidup, kita sering dihadapi dengan pilihan untuk mengabaikan atau berperan aktif. Maka dari itu, mari kita bersama-sama memberikan perhatian lebih kepada mereka yang membutuhkan, karena sedikit kebaikan bisa membawa dampak yang besar.
Dalam refleksi saya, ini adalah panggilan untuk bertindak. Kita seharusnya tidak menunggu sampai keadaan menjadi lebih baik, tetapi kita harus berinisiatif untuk menjadikannya lebih baik. Dengan adanya upaya bersama, kita bisa memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang lebih baik terhadap keselamatan dan kemungkinan untuk hidup yang lebih baik.
***