Oleh: Anwar Husen
Tinggal di Tidore
_________
“Di sebuah unggahan di akun Facebook, saya pernah menuliskan pesan bahwa daerah ini hanya butuh dulu: orang yang bisa mendatangkan orang, mendatangkan orang yang bisa membawa barang, dan mendatangkan orang yang bisa membawa uang. Selebihnya, bisa diterjemahkan.”
SAYA merasa cukup lega membaca berita terbaru. Judulnya, Event dan Perputaran Ekonomi di Kota Tidore Terus Berjalan. Tidak penting apakah ini judul yang kreatif atau sesuai dengan standar jurnalistik. Yang terpenting, pesan yang disampaikan Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen, saat membuka acara Sound Fest dan Battle Sound di Pantai Tugulufa Tidore, sangat berarti.
Yang tergambar jelas adalah semakin adanya kesadaran akan pentingnya menarik banyak pengunjung ke kota ini. Dengan lebih banyak orang yang berkunjung, perputaran ekonomi pun bisa meningkat secara signifikan. Hal ini bisa membawa dampak positif bagi kesejahteraan warga.
Kesadaran Ekonomi dan Potensi Daerah
Peningkatan kesadaran ini memberi saya harapan yang lebih baik. Sudah lama saya menginginkan agar pemerintah daerah dapat memaksimalkan potensi yang ada di luar diri mereka. Apa yang bisa kita lihat saat ini adalah fondasi ekonomi yang masih rapuh dan daya saing yang perlu dibangun. Sumber daya ekonomi dan jenis pendapatan lain sangat minim, terutama di luar dana transfer dari pemerintah pusat.
Dari pengalaman saya, banyak topik yang saya tulis sebelumnya mengarah kepada masalah ini. Saya percaya bahwa analisis yang lebih mendalam tidak selalu dibutuhkan untuk memahami hal-hal logis ini. Seperti halnya dengan pembicaraan tentang daya saing lokal yang mungkin belum banyak diperhatikan. Sebagai contoh, potensi pangan lokal seperti Sagu Jai dapat menjadi bahan diskusi menarik dalam konteks kebijakan publik.
Strategi Memperkuat Daya Saing Daerah
Ketika diadakan Sail Tidore beberapa tahun lalu, saya sempat menuliskan komentar bahwa kita harus menjaga citra daerah kita. Hal ini penting untuk menarik lebih banyak wisatawan. Banyak keluhan yang beredar tentang harga makanan di pusat kuliner, semisal di Tugulufa, yang memicu ketidakpuasan di kalangan pengunjung. Namun, saya percaya bahwa dengan peningkatan kunjungan, kita bisa menunjukkan potensi nyata di kota ini.
Lebih banyak pengunjung tentu membawa dampak positif terhadap perekonomian lokal. Mereka yang datang bukan hanya akan membawa harapan, tetapi juga uang. Kegiatan-kegiatan besar, seperti event nasional, adalah salah satu cara untuk menarik mereka. Dalam dunia wisata, upaya untuk menciptakan kunjungan berulang menjadi salah satu indikator daya saing suatu destinasi.
Ada seorang tamu dari Maluku yang baru beberapa hari berada di Tidore yang mengungkapkan betapa mencoloknya perbedaan biaya hidup di sini dibandingkan dengan daerah asalnya. Hal tersebut membuat kami berpikir: bagaimana kita bisa mengelola daerah kita dengan baik? Mungkin kita perlu sering belajar dari tempat lain, seperti Ambon yang menjadi ibukota provinsi awal.
Saya percaya bahwa dengan mempromosikan keindahan dan potensi yang ada, kita bisa bersama-sama membangun daerah ini menjadi lebih baik. Sudah saatnya kita mengubah paradigma agar tidak hanya bergantung pada dana dari pemerintah pusat, tetapi juga menggali potensi lokal untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Wallahua’lam. (*)