Seorang ibu rumah tangga berinisial W (45 tahun) ditemukan meninggal dunia di rumahnya yang terletak di Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Penemuan ini terjadi pada malam hari, tepatnya pada hari Sabtu, 19 Juli. Kejadian ini menyedot perhatian masyarakat sekitar.
Suami korban, K (40 tahun), yang pulang dari kebun setelah dua hari bekerja, adalah orang yang pertama kali menemukan jasad W. Dengan firasat yang tidak enak, K memutuskan untuk segera pulang dan melakukan pengecekan atas keadaan istrinya.
Kejadian Menyengat yang Mengguncang
K saat tiba di rumah merasa mencium aroma menyengat yang sangat tidak wajar. Aroma tersebut mirip dengan bau bangkai, dan meskipun pintu rumah tidak terkunci, K merasa ada yang tidak beres. Pencariannya di sekitar rumah nihil, tidak ada tanda-tanda adanya hewan yang mati di sekitarnya.
Setelah masuk ke dalam rumah, K akhirnya menyadari bahwa aroma yang ia cium berasal dari jasad istrinya yang sudah tidak bernyawa. Temuan ini tentu sangat mengejutkan dan memilukan bagi K. Dalam keadaan panik dan cemas, ia segera berangkat dengan sepeda motor menuju rumah keluarganya untuk memberi tahu tentang situasi yang mengerikan ini. Kejadian segera dilaporkan ke pihak berwajib, dan pihak kepolisian pun bergerak cepat menuju lokasi kejadian.
Proses Evakuasi dan Penanganan Keluarga
Setelah pihak kepolisian tiba di lokasi, proses evakuasi jasad dilakukan oleh personel setempat bersama tim dari Puskesmas. Seluruh proses berjalan dengan penuh kehati-hatian, karena tragedi ini tentunya sangat membekas dalam ingatan keluarga dan masyarakat sekitar. Keputusan untuk menyarankan otopsi pada jenazah pun diambil, namun keluarga korban memilih untuk tidak melanjutkan proses tersebut, lebih memilih untuk menerima kenyataan dengan ikhlas.
Informasi awal dari saksi menunjukkan bahwa korban diduga mengalami tekanan emosional yang mendalam, hingga membawa pada keputusan tragis yang dialaminya. Kejadian ini pun memicu diskusi di masyarakat akan pentingnya dukungan psikologis bagi individu yang mengalami depresi atau frustasi. Pada akhirnya, kita sebagai masyarakat perlu lebih peka dan peduli terhadap kondisi mental orang-orang di sekitar kita. Memperhatikan tanda-tanda kesedihan atau frustasi bisa menjadi langkah awal untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan.